Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MUTU LULUSAN DI MA MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG

Oleh: Hadi Sururudin, S.Pd.I, M.Pd.
Kepala Madrasah Aliyah Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung


PENDAHULUAN 

    Perkembangan lembaga pendidikan madrasah di kota Bandar Lampung sangat penting dan terkait dengan Kementerian Agama. Lembaga Kementerian Agama sangat intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Orientasi Kementerian Agama dalam Bidang Pendidikan Islam bertumpu pada aspirasi umat Islam agar pendidikan Agama Islam diajarkan di sekolah-sekolah, disamping perkembangan madrasah itu sendiri.Istilah manajemen diterangkan (Usman, 2006:5) berasal dari bahasa Latin, yaitu manus berarti tangan dan agere berarti melakukan, digabung menjadi managere berarti menangani.Dalam bahasa Inggris to manage(verb), management(noun) berarti manajemen atau pengelolaan. Sagala (2010: 48) mengungkapkan pengertian manajemen secara etimologis yaitu berasal dari  kata managio berarti pengurusan, atau managiare berarti melatih dalam   mengatur   langkah-langkah,   atau   dapat   juga   berarti   bahwa manajemen sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Menurut Mantja (2000: 90) istilah manajemen lebih banyak dititik beratkan pada hal-hal yang bersifat teknis sehingga istilah tersebut berarti manajerial teknis. Manajerial dalam hal ini mengacu pada hal-hal dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Juhri ( 2017: 19) menjelaskan bahwa konsep manajemen akan bermakna ketika seorang pemimpin dalam suatu institusi menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses kepemimpinan pada suatu lembaga yang dipimpinnya.

    Kepala madrasah harus selalu berinovasi dan mengembangkan ide-ide baru baik dalam pola atau metode pembelajaran untuk murid dan juga pola manajemen yang tepat bagi guru dan staf, karena kualitas suatu lembaga pendidikan tak hanya ditentukan oleh kualitas pembelajaran semata namun juga dipengaruhi bagaimana lembaga pendidikan tersebut mampu mengelola pegawainya dengan baik sehingga memunculkan motivasi dan potensi pegawainya untuk mampu mengupayakan yang terbaik dalam melakukan tugasnya.Pembelajaran yang tidak berkembang secara profesional disinyalir terjadi karena kurangnya kompetensi guru dalam manajemen pembelajaran, baik dalam perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran maupun dalam evaluasi pembelajaran.

    Kepala madrasah adalah seorang manajer bagi lembaganya yang mana seorang kepala madrasah harus mampu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin serta mengendalikan untuk mencapai sebuah tujuan kelembagaan. Jalannya program di suatu lembaga pendidikan (sekolah),tidak terlepas dari pengaruh kepala madrasah bagi seluruh karyawannya dalam mencapai visi serta misi lembaga yang dipimpinnya.Kepala madrasah merupakan pemimpin pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab mengembangkan mutu sekolah.

    Mutu (quality) dewasa ini merupakan isu penting yang dibicarakan hampir dalam setiap sektor kehidupan, di kalangan bisnis, pemerintahan, sistem pendidikan, dan sektor-sektor lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1996: 677), mutu adalah “ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya)” Mutu   pendidikan   dapat dideskripsikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal, maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya, memuaskan kebutuhan yang diharapkan, atau yang tersirat mencakup input, proses, dan output pendidikan (Sagala, 2010: 170). Mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh sekolah sebagai lembaga pengajaran, tetapi juga disesuaikan dengan apa yang menjadi pandangan dan harapan masyarakatyang cenderung selalu berkembang seiring dengan kemajuan zaman.

    Bertitik tolak pada kecenderungan ini, penilaian masyarakat tentang mutu lulusan sekolahpun terus-menerus berkembang. Karena itu sekolah harus terus-menerus meningkatkan mutu lulusannya, dengan menyesuaikan perkembangan tuntutan masyarakat, menuju pada mutu pendidikan yang dilandasi tolok ukur norma yang ideal.Maka dari itu, mutu dalam pendidikan dapat saja disebutkan mengutamakan pelajar atau program perbaikan sekolah yang mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif (Syarifudin, 2002: 35). Mutu dalam pendidikan memang dititiktekankan pada pelajar dan proses yang ada dalamnya. Tanpa adanya proses yang baik, maka madrasah yang bermutu juga mustahil untuk dicapai.

    Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan non akademik siswa tinggi.Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusannya dan merasa puas (Usman, 2006: 57). Mutu dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) bukan hanya merupakansuatu gagasan, melainkan suatu filosofi dan metodologi dalam membantu lembaga untuk mengelola perubahan secara totalitas dan sistematik, melalui perubahan nilai, visi, misi, dan tujuan. Karena dalam dunia pendidikan mutu lulusan suatu sekolah dinilai berdasarkan kesesuaian kamampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.

    Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan, merupakan suatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional.Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang mendukung (Sudjana, 2005:6).

    Jadi, mutu lulusan tergantung pada kemampuan lembaga pendidikan dalam mempedayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Peningkatan mutu pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan hasil belajar siswa bahkan dapat dikatakan mutu pendidikan tercermin pada hasil belajar siswa. Aspek yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa adalah situasi belajar mengajar. Situasi belajar mengajar yang efektif akan dapat menghasilkan peningkatan mutu pendidikan. Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah. Jadi pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan para lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti pelajaran, bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif.

PEMBAHASAN

1. Perencanaan pembelajaran di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung

   Kurikulum adalah segenap perangkat yang harus dimiliki oleh satuan pendidikan yang dijadikan pijakan atau dasar dalam kegiatan pembelajaran atau proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kulaitas interkasi pembelajaran.

    Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) dibuat guru sesuai aturan pemerintah, didalam RPP kegiatan pembelajaran sudah didesain sedemikian rupa sehingga sewaktu kegiatan pembelajaran tinggal menjalankan sesuai alur yang sudah dirancang, namun tetap mengakomodirsituasi dan kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran didalam kegiatan pembelajaran guru harus bisa  menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, inovatif juga anak dirangsang untuk berfikir kritis, cepat dan tidak putus asa karena adanya komunikasi yang menyenangkan. Sehingga siswa tidak segan-segan bertanya dan bekerja sama dengan lainya untuk memecahkan suatu pekerjaan.

    Pelaksanaan kurikulum di MAMuhammadiyah Sukarame sudah sesuai harapan. Seperti yang diungkapkan Schelur dalam Burhanuddin dkk (2003:69) sebagai berikut:

  1. Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia: Pengadaan Pegawai (Rekrutman, seleksi), seleksi, pengadaan pegawai (program-program manajemen karier, perencanaan karier.
  2. Pengadaan sumber daya manusia atau staf: pelaksanaan rekruitmen atau penarikan seleksi terhadap calon tenaga sesuai dengan jenis pekerjaan dan karakteristik tenaga yang diperlukan dan penempatan/penugasan staf.
  3. Penilaian dan kompensasi: media komunikasi antara atasan dan bawahan sekaligus menumbuhkan kepercayaan antara penilai dan yang dinilai.
  4. Pelatihan dan pengembangan
  5. Penciptaan dan Pembinaan hubungan kerja yang efektif.

 

2. Pengorganisasian proses pembelajaran di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung.


         Pengorganisasian proses pembelajaran di MA Muhammadiyah Sukarame yakni dilakukan oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum, yang sudah diberikan mandat dari kepala madrasah untuk mengorganisir guru, dari mulai pendistribusian jam dan mengkoordinir kebutuhan buku-buku pelajaran sebagai penunjang. Pengelompokkan  komponen pembelajaran  dalam  struktur MAM Sukarame, yakni programnya adalah mengadakan workshop yang bertujuan meningkatkan kompetensi pedagogi guru-guru dalam hal mementuak metode belajar, srategi yang digunakan, membuat analisis keterkaitan kompetensi dasar yang terantum dalam Permendikbud, pelaksanaan Workshop biasanya dilaksanakan selama 4 hari, yang di dalamnya memuat hasil kerja dan tagihan bagi guru guru untuk mengumpulkan latihan lembar kerja yang dibimbing langsung oleh pengawas madrasah.

        Strategi pengorganisasian pembelajaran disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977) sebagai structural strategy, yang mengacu kepada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta-fakta, konsep-konsep, prosedur, atau prinsip-prinsip yang berkaitan. Sequencing mengacu kepada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi dan synthesizing mengacu kepada upaya untuk menunjukkan kepada si-pembelajar keterkaitan antar isi bidang studi itu.


3. Pelaksanaan proses pembelajaran di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung. 

        Pelaksanaan proses pembelajaran adalah dengan melakukan peningkatan kompetensi guru MA Muhammadiyah Sukarame yakni antara lain melalui workshop/diklat dan MGMP. Pengawasan terhadap kinerja guru oleh kepala madrasah yang berhubungan dengan kompensasi pembayaran gaji guru dan promosi jabatan. Selain itu, penerapan metode, strrategi dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru harus bervariatif demi menunjang kebehasilan mutu lulusan.

        Selain metode dan strategi yang tepat, efektivitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh ketepatan penggunaan media belajar. Media pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran (Suwardi, 2007:76). Diantara media belajar yang dapat digunakan adalah gambar/poster, slides, video, buku teks, modul, dan lain-lain.

        Kegiatan peserta didik dalam pembelajaran adalah mengikuti proses pembelajaran, mempelajari materi yang diberikan dan berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran sehingga mereka bisa memahami materi pelajaran yang disampaikan.

 

4. Kegiatan evaluasi pembelajaran di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung

    Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan evaluasi di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung menunjukkan bahwa 1) Siswa kurang sekali minat untuk tahfidz qur’an. Hanya ada beberapa siswa yang melaksanakan tanggung jawabnya untuk hafalan yang tepat waktu, 2) Sikap siswa akan adanya kesenangan dalam belajar masih sangat minim, 3) Siswa diberikan kemudahan dalam pengerjaan ulangan, mengerjakan dalam bentuk soal multiplechoice dan diberikan waktu yang lumayan lama dalam proses penyelesaian, 4) Hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas prakarya dengan baik dan rapi, kebanyakkan dari siswa mengumpulkan tugas seadanya saja, atau terkesan hanya menggugurkan tanggung jawab saja tanpa mempertimbangkan hasil akhir, 5) Siswa membuat video percakapan dalam bahasa Inggris dirumah masing-masing dan dikirim hasil videonya via What’s up.

    Dari hasil kegiatan evaluasi yang dilakukan maka: 1) guru harus sering mengingatkan via grop kelas untuk memotivasi siswa agar menghafalkan surah qur’an sebagai tugas, dan dikirim lewat video. 2) guru harus sering memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap semangat meskipun belajar hanya via daring.

    Ruang lingkup evaluasi pembelajaran bertitik tolak pada tujuan dari evaluasi itu sendiri. Berdasarkan tujuan evaluasi terdapat beberapa macam ruang lingkup evaluasi (Arifin, 2011:24-27), diantaranya:

1)  Jika tujuan  evaluasi  adalah untuk  mengetahui  efektivitas  sistem pembelajaran, ruang lingkup evaluasi pembelajaran meliputi: program pembelajaran (tujuan, isi/materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, serta penilaian proses dan hasil belajar); proses pelaksanaan pembelajaran (kegiatan, guru, dan peserta didik); dan hasil belajar baik jangka pendek (sesuai dengan pencapaian indikator), menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi), atau jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat).

2)  Jika tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa, maka ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, dan bakat peserta didik; pengetahuan dan pemahaman peserta didik; kecerdasan peserta didik; perkembangan jasmani/kesehatan; serta keterampilan peserta didik.

Evaluasi pembelajaran bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses manajerial terakhirini perlu dibandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang telah ditetapkan (kinerja standar). Guru sebagai manajer pembelajaran harus mengambil langkah-langkah atau tindakan perbaikan apabila terdapat perbedaan yang signifikan atau adanya kesenjangan antara proses pembelajaran aktual di dalam kelas dengan yang telah direncanakan.

 

5.  Faktor Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran dan Solusi dari Hambatan Tersebut di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung dalam Meningkatkan Mutu Lulusan

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor penghambat pelaksanaan manajemen pembelajaran di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung antara lain masih kurangnya kesadaran guru dalam membuat RPP, guru yang kurang baik ataubahkan tidak membuat RPP, kurangnya sosialisasi dan bimbingan dari kemenag terkait tentang silabus dan penyusunan RPP, banyak siswa yang pasif dalam pelaksanaan pembelajaran meskipun sudah diberi stimulus oleh guru, banyak siswayang merasa bosan jika setiap hari melakukan pembelajaran daring, siswa yang sedang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran daring, materi yang diajarkan oleh guru sulit dipahami, karena proses pembelajaran PJJ dimasa pandemi, siswa sulit mendapatkan akses internet/sinyal, siswa tampak kurang antusias, tidak paham dan kurang responsif dalam pembelajaran daring, banyak siswa yang hanya aktif kirim WhatsApp untuk menanyakan materi dan tugas yang harus dikerjakan tetapi tugas tidak mengumpulkan tugas yang diberikan, banyak gurumengeluh akan kesusahan dalam mengatur dan mengkondisikan siswa, banyak guru belum memiliki kemampuan untuk memotivasi secara penuh kepada siswa sehingga tahapan motivasi dalam pembelajaran daring kurang berhasil, beberapa guru yang kesulitan dalam menggunakan IT untuk proses pembelajaran daring, hasil penilaian siswa kurang maksimal, dikarenakan banyak siswa yang tidak paham mengenai materi dan tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran via daring.

Faktor yang paling dominan menghambat pelaksanaan pembelajaran diperoleh data bahwa banyak siswa yang tidak responsif terhadap tugas yang diberikan dalam pelaksanaan pembelajaran via walau sudah diberikan motivasi oleh guru. Selain itu juga siswabanyak yang merasa bosan dan terkedala dengan akses/sinyal jika setiap hari melakukan pembelajaran via daring. Faktor-faktor tersebut muncul sebagai reaksi siswa yang mengalami kesulitan selama proses pembelajaran via daring.

Solusi dalam mengatasi hambatan pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu lulusan di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung untuk menyelesaikan persoalan yang ada diantaranya: untuk mempermudah proses pembelajaran dalam kondisi pandami seperti ini, kita sebagai guru harus mampu membuat RPP dengan menggunakan strategi yang mudah atau sederhana, selain itu juga perlu diadakan pelatihan-pelatihan mengenai bagaimana menyusun silabus dan RPP yang baik dimasa pandemi ini, guru-guru diberikan pelatihan pemanfaatan IT, supaya menguasai IT yang akan digunakan dalam pembelajaran daring, sebaiknya guru dimasa pademi ini memang harus mampu menyusun silabus dan RPP yang baik, namun sebelumnya harus paham atau mengetahui karakteristik siswa terlebih dahulu, program pelaksanaan supervisi harus rutin dilakukan, paling tidak satu bulan sekali dari pengawas, hal tersebut dilakukan supaya guru tertib dalam membuat RPP dan pelaksanaan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan pembelajaran daring adalah dengan memberikan materi pelajaran yang jangan terlalu banyak, membuatkan video pembelajaran, mendistribusikan buku pelajaran kepada siswa, dalam pemberian tugas tidak menggunakan capaian kurikulum. Bagi siswa yang tidak memiliki handphone/Android diberi kesempatan untuk mengumpulkan tugas langsung kesekolah, dengan alokasi waktu satu minggu sekali.

Menurut Soedijarto (2004:39), “Dalam proses pendidikan di sekolah guru merupakan ujung tombak, pelaksanaan pendidikan, yang secara langsung memimpin kegiatan belajar mengajar di kelas dan bertanggung jawab atas maju mundurnya pendidikan dan sebagai guru yang profesional memiliki kemampuan propesional yaitu kemampuan untuk dapat merencanakan atau menyusun RPP, melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar mengajar, menilai kemajuan belajar mengajar dan menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar mengajar dan informasi. Selanjutnya menurut Sanjaya (2006: 5), guru dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui penyusunan RPP yang matang dengan menggunakan strategi yang baik dan memperhatikan taraf perkembangan intelektual serta perkembangan psikologi belajar anak, sehingga guru yang demikian akan dapat menghasilkan kualitas lulusan yang lebih tinggi.

PENUTUP


KESIMPULAN

        Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang implementasi manajemen pembelajaran dalam meningkatkan mutu lulusan di MA Muhammadiyah Bandar Lampung dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu mulusan di MA Muhammadiyah Sukarame sudah cukup baik,sehingga dapat menghasilkan output yang baik, dengan demikian dapat menunjang peningkatan mutu lulusan. Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) dibuat guru sesuai aturan pemerintah, didalam RPP kegiatan pembelajaran sudah di desain sedemikian rupa sehingga sewaktu kegiatan pembelajaran tinggal menjalankan sesuai alur yang sudah dirancang, namun tetap mengakomodirsituasi dan kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
  2. Pengorganisasian proses pembelajaran di MA Muhammadiyah Sukarame yakni dilakukan oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum, yang sudah diberikan mandat dari kepala madrasah untuk mengorganisir guru, dari mulai pendistribusian jam dan mengkoordinir kebutuhan buku-buku pelajaran sebagai penunjang. Dalam struktur   wewenang   dan   mekanisme koordiansi   pembelajaran, setidaknya peran kepala madrasah dalam pengelolaan pembelajaran antara lain: (1) menguasai garis-garis besar program pengajaran untuk tiap bidang studi dan tiap kelas, (2) menyusun program sekolah untuk satu tahun, (3) menyusun jadwal pelajaran, mengkoordinir kegiatan-kegiatan penyusunan model satuan pengajaran, (4) Mengatur kegiatan penilaian dan (5) melaksanakan norma-norma kenaikan kelas.
  3. Pelaksanaan proses pembelajaran dalam meningkatkan mutu lulusan di MA Muhammadiyah Sukarame melakukan peningkatan kompetensi guru MA Muhammadiyah Sukarame yakni antara lain melalui workshop/diklat danMGMP. Pengawasan terhadap kinerja guru oleh kepala madrasah yang berhubungan dengan kompensasi pembayaran gaji guru dan promosi jabatan. Selain itu, penerapan metode, strrategi dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru harus bervariatif demi menunjang kebehasilan mutu lulusan.
  4. Kegiatan evaluasi pembelajaran dalam meningkatkan mutu lulusan di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung, adalah a) guru sering mengingatkan via grop kelas untuk memotivasi siswa agar mengerjakan tugas yang diberikan. 2) guru harus sering memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap semangat meskipun belajar hanya via daring.
  5. Faktor yang paling dominan yang menghambat pelaksanaan manajemen pembelajaran di MA Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung dalam meningkatkan mutu lulusan adalah diperoleh data bahwa banyak siswa yang tidak responsif terhadap tugas yang diberikan dalam pelaksanaanpembelajaran via walau sudah diberikan motivasi oleh guru. Selain itu juga siswabanyak yang merasa bosan dan terkedala dengan akses/sinyal jika setiap hari melakukan pembelajaran via daring. Solusi terkait masalah tersebut adalah mendistribusikan buku pelajaran kepada siswa, dalam pemberian tugas tidak menggunakan capaian kurikulum. Bagi siswa yang tidak memiliki handphone/Android diberi kesempatan untuk mengumpulkan tugas langsung kesekolah, dengan alokasi waktu satu minggu sekali.

Posting Komentar untuk "IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MUTU LULUSAN DI MA MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG"